Kawasan Industri yang Terus Dicari

Rabu, 29 Oktober 2014, 12:00 WIB
Laju pertumbuhan industri properti di Indonesia yang sedikit tersendat bukan hanya dialami sektor properti hunian dan ritel saja, melainkan juga bagi properti kawasan industri.

Di sektor ini, tidak semua pengembang memiliki andil. Hanya mereka yang memiliki modal besar atau pengembang besar saja  yang bermain di sektor ini. Pengembang seperti Intiland, Sinar Mas Land,  atau Lippo grup merupakan beberapa contoh pengembang yang sangat ekspansif untuk properti kawasan industri.

Head of Research Savils, Anton Sitorus, mengungkapkan, pengembang menengah sebenarnya juga dapat ikut menjadi pemain sektor properti kawasan industri, namun memang dibutuhkan modal dan landbank yang besar. Sebab itu, saat ini masih ada keengganan pengembang menengah untuk bermain di sektor properti ini.

Menurut Anton, properti kawasan industri juga masih memberikan prospek yang bagus pada tahun mendatang. Namun, seperti yang dialami  semua sektor industri properti, pertumbuhan kawasan industri saat ini masih melambat. Jika dibandingkan dengan dua tahun lalu, tahun ini menjadi tahun jenuh.

Permintaan untuk unit kawasan industri mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Penyebabnya adalah harga yang sudah ada di ambang maksimal untuk unit kawasan industri. Artinya, harga yang ada saat ini sudah sangat sulit untuk naik lagi, kalau tidak ingin ditinggalkan konsumennya. "Tahun-tahun lalu kenaikan harga dapat mencapai 30 persen tiap tahun, saat ini angka 15 persen sudah maksimal," kata Anton.

Terlebih konsumen dari kawasan industri adalah perusahaan manufaktur yang memiliki hitungan ketat terkait pengeluaran. Kalau harga tanah yang ditawarkan terlalu mahal, perusahaan manufaktur akan lebih mencari tempat baru yang lebih murah. Pasalnya, konsumen dari kawasan industri ini masih didominasi  perusahaan yang sudah ada di Indonesia dan ingin melakukan ekspansi. Seperti perusahaan otomotif, atau farmasi yang sudah ada sejak dulu di Indonesia. Untuk perusahaan baru yang akan masuk, masih akan sangat sedikit.

Melirik Jawa Timur
Anton menegaskan, pasar untuk properti kawasan industri akan tetap ada dan masih menunjukkan tren yang positif. Namun, perlambatan ini terjadi dari sudut pandang harga yang berada di ambang batas tertinggi. Peluang untuk membangun kawasan industri baru masih sangat terbuka lebar di Indonesia. Terutama untuk wilayah yang ada di  Jawa Barat dan Jawa Timur.

Di wilayah luar Pulau Jawa sebenarnya memiliki peluang besar karena arah pembangunan perekonomian pemerintah yang menuju ke sana. Namun, sekalipun Presiden Joko Widodo sudah dilantik dan kabinet telah dibentuk, menurut Anton, tidak dapat secara langsung mendongkrak pertumbuhan harga di sektor properti kawasan Industri.

Pengembang Intiland merupakan salah satu pengembang kawasan Industri yang tetap agresif di tengah melambatnya pertumbuhan harga. Bahkan, dalam waktu dekat, Intiland akan melakukan ekspansi dengan membangun kawasan industri baru sekitar 600 hektare di Jawa Timur.

Yaitu, 100 hektare perluasan kawasan industri Ngoro yang sudah ada sekitar 500 hektare dan 500 hektare lainnya berada di luar wilayah Ngoro. Namun, pihak Intiland masih merahasiakan lokasi 500 hektare yang akan dijadikan kawasan industri ini. Pengembangan proyek kawasan industri oleh Intiland masih dalam proses akuisisi lahan. Targetnya, tahun depan, sudah dimulai pembangunan awal dari proyek pengembangan kawasan industri ini, meski menurut Head of Corporate Secretary Intiland, Theresia Rustandi, targetnya bukan di awal tahun depan.

Menurut Rustandi, pengembangan kawasan industri bagi Intiland dikarenakan prospek untuk pasar properti ini masih menjanjikan. Beberapa tahun belakangan ini, banyak perusahaan Jepang, Taiwan, dan Cina yang ekspansi di Ngoro. Hasilnya, pembangunan Ngoro 1 sudah habis. Sebabnya, Intiland melakukan perluasan di Ngoro 2. Bahkan, banyak perusahaan yang sudah memesan lahan di kawasan industri ini untuk pengembangan perusahaan mereka.

Artinya, perusahaan yang melakukan ekspansi industri melihat Indonesia sebagai tempat yang nyaman untuk perkembangan industrinya. Terlebih, dengan adanya ekspansi ini, perusahaan besar telah melakukan investasi jangka panjang di Indonesia.

Intiland melihat wilayah Surabaya dan Jawa Timur memiliki prospek yang bagus untuk perkembangan kawasan industri karena di sana memiliki kelebihan yaitu gas alam. Sumber daya alam ini sangat cocok dijadikan sebagai bahan bakar untuk menjalankan perusahaan yang berada di Ngoro. Terlebih kawasan Idustri Ngoro memang bukan berkonsep untuk industri berat. Industri yang ada di Ngoro, misalnya, kata Rustandi, kebanyakan adalah industri manufaktur dan consumer goods. "Kami melihat di wilayah Surabaya dan Jawa Timur ini memiliki kelebihan, yaitu gas bumi di Ngoro dan ini digunakan untuk bahan bakar industri," kata Rustandi.

Rustandi optimistis properti di sektor kawasan industri ini akan terus naik. Beberapa waktu lalu memang harus diakui ada sedikit pesimistis karena konflik politik yang terjadi di Indonesia. Namun, setelah melihat adanya proses rekonsiliasi elite politik, maka investor akan melihat ini sebagai harapan yang positif untuk perkembangan industri.

Sinar Mas Land juga menjadi pengembang agresif dari kawasan industri. Saat ini, Sinar Mas Land memiliki proyek kawasan industri sekitar 2.200 hektare yaitu 1.000 hektare Greenland International Industrial City di Kota Deltamas, Cikarang, dan 1.200 hektare Karawang International Industrial City di Karawang.

Rencananya, Sinar Mas masih akan mengembangkan kawasan industri di Delta Mas dan di wilayah Surabaya. Namun, rencana ini belum akan dirilis dalam waktu dekat.  Managing Direkctor Corporate Strategy and Service Sinar Mas Land Ishak Chandra mengungkapkan, rencana untuk mengembangkan kawasan industri sudah ada, namun berapa luas lahan yang akan dijadikan kawasan industri masih dirahasiakan. "Di Deltamas kita akan bangun pergudangan, pemukiman, dan kawasan industri yang baru," kata Ishak Chandra. N ed: hiru muhammad

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/koran/podium/14/10/29/ne6wk914-kawasan-industri-yang-terus-dicari